SMP Negeri 1 Tempeh : Mengawal Kemajuan Pendidikan di Kabupaten Lumajang serta Menciptakan Pribadi yang Unggul Dalam Prestasi, Berbudi Luhur, dan Berwawasan Lingkungan

Jumat, 25 Mei 2012

Identifikasi Permasalahan Siswa



mereka mungkin bisa lupa
apa yang Anda katakan
tapi mereka tak akan pernah melupakan
perasaan yang Anda timbulkan
dalam  hati mereka


Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa.

Kedudukan siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan ”produsen”, artinya siswa sendirilah yang mencari tahu ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang, bahkan kurang. Karenanya guru harus mampu mengelompokan mereka, kapan mereka dikelompokkan berdasarkan kemampuannya sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokan secara campuran, sehingga terjadi tutor sebaya.

Pengelompokan  siswa tersebut terkadang malah menimbulkan masalah baru bagi guru. Dua masalah kompleks yang kemungkinan timbul adalah masalah individu dan masalah kelompok.

a.       Masalah Individu

Kategori masalah individu dalam pengelolaan siswa menurut Dreikurs dan Cassel didasarkan pada asumsi bahwa tingkah laku manusia itu mempunyai maksud dan tujuan.

Setiap individu memiliki kebutuhan pokok untuk menjadi dan merasa berguna. Jika individu ini merasa putus asa dalam mengembangkan rasa memiliki harga diri melalui nilai yang dapat diterima secara sosial, ia akan berkelakuan buruk.

Ada empat tipe perilaku yang kurang baik, yaitu (1) perilaku untuk menarik perhatian, (2) perilaku untuk mencari kekuasaan, (3) perilaku untuk melampiaskan dendam, dan (4) perilaku yang memperlihatkan ketidakmampuannya.

Siswa yang tidak menaikkan statusnya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungannya, biasanya akan mencari jalan lain, baik melalui tindakan untuk menarik perhatian secara aktif maupun pasif. Bentuk mencari perhatian secara aktif bersifat merusak, misalnya bergaya sok, melawak, mengacau, menjadi anak nakal, anak yang terus-menerus bertanya dan rewel. Bentuk pasif dalam mencari perhatian misalnya pemaksaan atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dengan meminta tolong terus-menerus.

Perilaku mencari kekuasaan aktif misalnya membantah, berbohong, pemukul, pemarah, menolak perintah, dan benar-benar tidak mau tunduk. Pencari kekuasaan yang pasif adalah pemalas yang terkadang ditunjukkan dengan sifat pelupa, keras kepala, dan tidak mau patuh.

Murid yang mencari pelampiasan dendam disebabkan putus asa dan bingung, sehingga mencari keberhasilan dengan cara menyakiti orang lain, menyerang secara fisik, bermusuhan dengn teman-temannya. Keaktifan mereka digambarkan sebagai anak yang kejam, sedangkan mereka yang pasif digambarkan sebagai anak yang cemberut dan menantang.

Peragaan ketidakmampuan biasanya ditunjukkan dengan berkelakuan buruk, pesimis dalam mencapai keberhasilan, dan rasa tidak berdaya yang selalu menyertai kelakuannya.

Untuk membedakan keempat tipe di atas, dapat dilakukan  melalui pengamatan terhadap gejala yang muncul. Beberapa teknik untuk mendeteksi adanya gejala-gejala tersebut adalah:
  1. Jika guru merasa terganggu  oleh tindakan murid, mungkin tujuan murid untuk mencari perhatian;
  2. Jika guru merasa dikalahkan atau terancam, tujuan murid tersebut mungkin untuk mencari kekuasaan;
  3. Jika guru merasa sangat tersinggung, tujuannya mungkin untuk mencari pelampiasan dendam; dan
  4. Jika guru merasa tidak berdaya, tujuan anak mungkin untuk menunjukkan ketidakmampuannya.

b.      Masalah Kelompok

Johnson dan Banny mengidentifikasi tujuh masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, yaitu (1) kurangnya kesatuan, (2) ketidaktaatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, (3) reaksi negatif  terhadap pribadi anggota, (4) pengakuan kelas terhadap tindakan guru, (5) kecenderungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan, dan kelakuan yang dibuat-buat, (6) ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, dan (7) semangat juang yang rendah dan adanya sikap bermusuhan.

Pengelolaan siswa merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan dan atau tindakan yang bersifat korektif.

Tindakan yang bersifat pencegahan (preventif) yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun sosio emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan maupun keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan yang korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan merusak kondisi optimal dalam proses belajar mengajar yang sedang bearlangsung. Tindakan korektif harus meliputi tindakan yang seharusnya segera diambil oleh guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan penyembuhan (kuratif) terhadap tingkah laku yang menyimpang dan terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.



oleh :

MUHAMMAD YOSIEF FU’ADI, S.Si